Breaking News
Loading...
Senin, 26 Agustus 2013

Info Post


Kupang – Terletak di di Nusa Tenggara Timur di bagian tenggara kawasan Segitiga Terumbu Karang, Taman Nasional Perairan Laut Sawu dicadangkan secara resmi di tahun 2009, meliputi luasan sebesar 3,5 juta hektar. Selain luasan tersebut Taman Nasional Perairan Laut Sawu juga menyimpan potensi unik berupa habitat-habitat terumbu karang dan pelagis yang sangat produktif, tak kurang 6 dari 7 jenis penyu laut yang ada di dunia, dapat ditemukan di kawasan ini.
Akan tetapi hal yang paling menarik dari kawasan ini adalah setiap tahun kita akan melihat melintasnya 18 jenis cetacean, termasuk Paus Biru dan Paus Sperma yang langka, hal ini tidaklah mengherankan karena perairan Laut Sawu merupakan koridor ruaya yang penting bagi cetacean yang bermigrasi, dan juga merupakan tempat tinggal bagi beberapa jenis paus yang sebagian besar hidupnya berada di kawasan ini.
Pada awal bulan Oktober tahun 2012, hampir 50 paus pilot ditemukan terdampar di pantai Liae Kabupaten Sabua Raijua. Walapun berbagai upaya telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, terutama oleh Pemda dan masyarakat setempat dengan dibantu oleh pihak-pihak terkait, hanya 4 yang dapat diselamatkan. Salah satu kendala yang cukup dirasakan adalah belum adanya kesepahaman dan teknik yang tepat tentang bagaimana menyelamatkan paus terdampar.
Menindaklanjuti peristiwa tersebut BKKPN bekerjasama dengan Tim P4KKP dan APEX International menyelenggarakan workshop dan pelatihan penyelamatan Paus Terdampar di Kupang hari ini. Ketua Tim P4KKP Ir. Jotham S.R. Ninef, M.Sc menjelaskan “kegiatan ini diperlukan agar para peserta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengantisipasi dan menangani tantangan paus terdampar di wilayah koridor ruaya penting seperti di TN Perairan Laut Sawu.”
Lebih lanjut Jotham juga mengungkapkan bahwa workshop dan pelatihan ini memberikan  pemahaman dasar mengenai paus dan kenapa mereka dapat terdampar dan tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong paus yang terdampar serta bagaimana cara mengkomunikasikan berita tentang paus terdampar kepada publik dan media.
Sedangkan Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang Dr. Yesaya Mau, A.Pi, M.Si mengatakan bahwa workshop dan pelatihan ini akan memberikan masukan teknis untuk pengembangan prosedur operasional standar atau protokol penganganan paus terdampar baik untuk TNP Laut Sawu maupun di tingkat nasional.
TNP Laut Sawu merupakan taman nasional laut pertama yang menerapkan pendekatan terpadu dalam pengelolaan perlindungan habitat laut dalam dan laut dangkal serta pengelolaan spesies satwa. Perairan Laut Sawu yang sangat kaya ini mendukung industri perikanan laut dalam (pelagis) yang menggunakan alat tangkap “pole and line”, khususnya untuk ikan tuna dan  ikan layaran (billfish), dengan tingkat tangkapan sampingan (bycatch) yang minimal. Perikanan laut dalam seperti ini menopang penghidupan bagi sekitar 4.5 juta orang di kawasan ini.
Keberlanjutan perikanan “pole and line” dan keberadaan satwa cetacean yang sangat unik ini kian terancam dari kegiatan perikanan laut dalam industrial, pembuangan limbah dari sektor tambang, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan seperti rawai, jaring dan pukat cincin (purse seine). Apabila dikelola dengan baik, Laut Sawu dapat menjadi suaka bagi kehidupan laut serta tetap menghasilkan perikanan yang produktif. Untuk itu, kini sedang dirancang rencana pengelolaan jangka panjang dengan dukungan penuh masyarakat.
Kegiatan ini diikuti oleh 17 orang peserta yang merupakan para pemangku kepentingan yang terdiri dari SKPD terkait seperti DKP Provinsi NTT, BBKSDA Kupang, BLHD Provinsi NTT, BKKPN – Kupang, dan Akademisi serta HNSI selaku penerima manfaat di tingkat provinsi Nusa Tenggara Timur

0 komentar:

Posting Komentar