Kupang –
Terletak di di Nusa Tenggara Timur di bagian tenggara kawasan Segitiga
Terumbu Karang, Taman Nasional Perairan Laut Sawu dicadangkan secara
resmi di tahun 2009, meliputi luasan sebesar 3,5 juta hektar. Selain
luasan tersebut Taman Nasional Perairan Laut Sawu juga menyimpan potensi
unik berupa habitat-habitat terumbu karang dan pelagis yang sangat
produktif, tak kurang 6 dari 7 jenis penyu laut yang ada di dunia, dapat
ditemukan di kawasan ini.
Akan tetapi hal yang paling menarik dari kawasan ini adalah setiap tahun kita akan melihat melintasnya 18 jenis cetacean,
termasuk Paus Biru dan Paus Sperma yang langka, hal ini tidaklah
mengherankan karena perairan Laut Sawu merupakan koridor ruaya yang
penting bagi cetacean yang bermigrasi, dan juga merupakan tempat tinggal bagi beberapa jenis paus yang sebagian besar hidupnya berada di kawasan ini.
Pada awal bulan Oktober tahun 2012,
hampir 50 paus pilot ditemukan terdampar di pantai Liae Kabupaten Sabua
Raijua. Walapun berbagai upaya telah dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemerintah, terutama oleh Pemda dan masyarakat setempat dengan dibantu
oleh pihak-pihak terkait, hanya 4 yang dapat diselamatkan. Salah satu
kendala yang cukup dirasakan adalah belum adanya kesepahaman dan teknik
yang tepat tentang bagaimana menyelamatkan paus terdampar.
Menindaklanjuti peristiwa tersebut BKKPN
bekerjasama dengan Tim P4KKP dan APEX International menyelenggarakan
workshop dan pelatihan penyelamatan Paus Terdampar di Kupang hari ini.
Ketua Tim P4KKP Ir. Jotham S.R. Ninef, M.Sc menjelaskan “kegiatan ini
diperlukan agar para peserta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
yang memadai dalam mengantisipasi dan menangani tantangan paus terdampar
di wilayah koridor ruaya penting seperti di TN Perairan Laut Sawu.”
Lebih lanjut Jotham juga mengungkapkan
bahwa workshop dan pelatihan ini memberikan pemahaman dasar mengenai
paus dan kenapa mereka dapat terdampar dan tindakan terbaik yang dapat
dilakukan untuk menolong paus yang terdampar serta bagaimana cara
mengkomunikasikan berita tentang paus terdampar kepada publik dan media.
Sedangkan Kepala Balai Kawasan
Konservasi Perairan Nasional Kupang Dr. Yesaya Mau, A.Pi, M.Si
mengatakan bahwa workshop dan pelatihan ini akan memberikan masukan
teknis untuk pengembangan prosedur operasional standar atau protokol
penganganan paus terdampar baik untuk TNP Laut Sawu maupun di tingkat
nasional.
TNP Laut Sawu merupakan taman nasional
laut pertama yang menerapkan pendekatan terpadu dalam pengelolaan
perlindungan habitat laut dalam dan laut dangkal serta pengelolaan
spesies satwa. Perairan Laut Sawu yang sangat kaya ini mendukung
industri perikanan laut dalam (pelagis) yang menggunakan alat tangkap “pole and line”, khususnya untuk ikan tuna dan ikan layaran (billfish), dengan tingkat tangkapan sampingan (bycatch) yang minimal. Perikanan laut dalam seperti ini menopang penghidupan bagi sekitar 4.5 juta orang di kawasan ini.
Keberlanjutan perikanan “pole and line” dan keberadaan satwa cetacean
yang sangat unik ini kian terancam dari kegiatan perikanan laut dalam
industrial, pembuangan limbah dari sektor tambang, penggunaan alat
tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan seperti rawai, jaring dan pukat
cincin (purse seine). Apabila dikelola dengan baik, Laut Sawu
dapat menjadi suaka bagi kehidupan laut serta tetap menghasilkan
perikanan yang produktif. Untuk itu, kini sedang dirancang rencana
pengelolaan jangka panjang dengan dukungan penuh masyarakat.
Kegiatan ini diikuti oleh 17 orang
peserta yang merupakan para pemangku kepentingan yang terdiri dari SKPD
terkait seperti DKP Provinsi NTT, BBKSDA Kupang, BLHD Provinsi NTT,
BKKPN – Kupang, dan Akademisi serta HNSI selaku penerima manfaat di
tingkat provinsi Nusa Tenggara Timur
0 komentar:
Posting Komentar